Abul -Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar bin Abdul-Aziz berkata: “Sesungguhnya Allah s.w.t.
tidak menyiksa orang-orang umum kerana dosa-dosanya orang-orang yang
tertentu tetapi apabila perbuatan dosa itu merahajalela dan
terang-terangan kemudian tidak ada yang menegur, maka bererti semuanya
sudah layak menerima hukuman.”
Dan diriwayatkan bahawa Allah s.w.t. telah mewahyukan kepada Yusya bin Nuh a.s.: “Aku akan membinasakan kaummu empat puluh ribu orang yang baik-baik dan enam puluh ribu orang yang derhaka.” Nabi Yusya bertanya: “Ya Tuhan, itu orang derhaka sudah layak, maka mengapakah orang yang baik-baik itu?” Jawab Allah s.w.t.: “Kerana mereka tidak murka terhadap apa yang Aku murka, bahkan mereka makan minum bersama mereka yang derhaka itu.”
Anas r.a. berkata: “Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud): “Sesungguhnya
diantara manusia itu ada yang menjadi pembuka untuk kebaikan dan
penutupan dari kejahatan, dan ada juga manusia yang menjadi pembuka
kejahatan dan penutupan kebaikan, maka sesungguhnya untung bagi orang
yang dijadikan Allah s.w.t. sebagai pembuka kebaikan dan binasa bagi yang dijadikan Allah s.w.t. pembuka kejahatan itu ditangannya.”
Ertinya: Orang yang
menganjurkan kebaikan dan mencegah mungkar itulah pembuka kebaikan dan
penutupan dari kejahatn dan ia termasuk orang mukmin sebagaimana firman Allah s.w.t.: “Wal mu’minuna wal mu’minaatu ba’dhuhum auliyaa’u ba’dh ya’muruuna bil ma’rufi wayanhauna anil mungkar.” Yang bermaksud: “Orang-orang
mukmin lelaki dan perempuan setengah menjadi wali pembantu pada
setengahnya, menganjurkan kebaikan dan mencegah dari mungkar.“
Adapun yang menganjurkan mungkar dari mencegah dari kebaikan maka itu tanda munafiq sebagaimana firman Allah s.w.t.: “Almunafiquuna walmunafiqatu ba’dhuhum min ba’dh ya’muruuna bil mungkari wayanhauna anil ma’ruf” Yang bermaksud: “Orang munafiq lelaki dan perempuan masing-masing menjadi wali pembantu setengahnya menganjurkan kejahatan dan mencegah kebaikan.“
Ali bin Abi Thalib r.a.
berkata: “Seutama-utama amal ialah amar ma’ruf dan nahi mungkar
(menganjurkan kebaikan dan mencegah kejahatan), dan membenci orang yag
fasiq (melanggar hukum). Maka siapa yang menganjurkan kebaikan bererti memperkuat orang mukmin dan siapa mencegah mungkar bererti menghina orang munafiq.
Said meriwayatkan dari Qatadah berkata: “Ada seorang datang kepada Nabi Muhammad s.a.w. ketika diMekah lalu bertanya: “Benarkah engkau mengaku sebagai utusan Allah s.w.t.?” Jawab Nabi Muhammad s.a.w. : “Ya” Lalu bertanya: “Amal apakah yang lebih disukai Allah s.w.t?” Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: “Menghubungi keluarga.” Tanyanya lagi: “Kemudian apakah?” Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: “Menganjurkan kebaikan dan mencegah mungkar.” Lalu ditanya lagi: “Amal apakah yang sangat dimurkai Allah s.w.t.?” Jawab Nabi Muhammad s.a.w. ” Syirik, mempersekutukan Allah s.w.t.” “Kemudian apakah?” tanyanya lagi. Nabi Muhammad s.a.w. menjawab: “Memutuskan hubungan kekeluargaan.” “Kemudian apakah?” tanyanya lagi. Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: “Meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar (tidak suka menganjurkan kebaikan dan mencegah mungkar).”
Sufyan Atstsauri berkata:
“Jika kau melihat orang yang pandai quran itu disayangi oleh
tetangganya dan dipuji oleh kawan-kawannya, maka ketahuilah bahawa ini
suka mengambil hati (yakni tidak tegas amar ma’ruf dan nahi mungkar).”
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir r.a. berkata: “Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud) Tidak
terjadi pada suatu kaum seorang yang berbuat durhaka, sedang mereka
dapat menghentikannya tetapi mereka tidak mencegahnya melainkan Allah s.w.t. akan meratakan mereka siksaanNya sebelum mati mereka.”
Abul-Laits berkata: “Nabi Muhammad s.a.w.
mensyaratkan berkuasa untuk mencegah bererti bahawa orang-orang yang
baik-baik berkuasa (berwibawa), kerana itu maka kewajipan mereka harus
mencegah merahajalelanya orang-orang ahli maksiat.”
Allah s.w.t. memuji ummat ini didalam ayat yang berbunyi: “Kuntum khoiro ummatin ukhrijat linnaasi ta’muruna bil ma’rufi watanhauna anil mungkari watu’minuna billah.” Yang bermaksud: “Kamu sebaik-baik ummat yang dilahirkan untuk manusia kerana menganjurkan kebaikan dan mencegah mungkar dan beriman kepada Allah.”
Didalam ayat lain pula berbunyi: “Wal takun minkum ummatun yad’uuna jlal khori waya’muruuna bil ma’ruufi wayanhauna anil munkar wa’ulaika humul muflihuun.” Yang bermaksud: “Harus
ada dari kamu golongan (orang-orang) yang mengajak kepada kebaikan dan
menganjurkan segala ma’ruf (yang baik) dan mencegah mungkar dan
merekalah orang-orang yang beruntung (bahagia).”
Juga Allah s.w.t. mencela orang-orang yang tidak suka mencegah munkar dalam ayat yang berbunyi: “Kaa nu laa yatana hauna an mungkharin fa’aluhu labi’samaa kaanuu yaf’alun.” Yang bermaksud: “Mereka tidak saling mencegah dari perbuatan mungkar yang mereka perbuat, sesungguhnya busuk perbuatan mereka itu.”
Didalam ayat yang lain pula Allah s.w.t. berfirman: “Lau laa yanhahumur robbaniyuna wal ahbaaru an qaulihimul itsma wa aklihimus suhta, labi’sa maa kaanu yash ma’uun.” Yang bermaksud: “Mengapa
para ulama dan orang-orang yang mengerti agama itu tidak melarang
mereka dari kata-kata yang keji dan makan yang haram, sungguh busuk apa
yang mereka perbuat.”
Seharusnya orang yang akan
menganjurkan amar maruf itu melaksanakan sendiri peribadi supaya lebih
mantap manishat peringatannya. Abud Dardaa r.a. berkata: “Siapa yang
menasihati saudaranya dimuka umum (terang-terangan) maka bererti telah
memalukannya dan siapa memberi nasihat itu sendirian maka benar-benar
akan memperbaiki dan bila tidak berguna nasihat dengan rahsia maka boleh
minta tolong kepada orang yang baik-baik untuk mencegahnya dari
perbuatan maksiat, maka jika tidak dikerjakan yang demikian pasti
perbuatan maksiat itu akan menjalar dan bermahajalela sehingga
membinasakan mereka semua.”
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Annu’man bin Basyir r.a. berkata: “Saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud) Perumpamaan orang yang tegak dalam hukum Allah s.w.t. dan
orang yang tergelincir bagaikan rombongan yang naik kapal maka
masing-masing bertempat diatas dan dibawah, maka ketika mereka
sedemikian, tiba-tiba orang yang berada dibahagian bawah mengambil kapak
lalu ditanya oleh kawan-kawannya: Apakah maksudmu? Jawabnya: Saya akan
melubangi tempatku supaya dekat dengan air sehingga mudah bagiku
mengambil atau membuang air. Maka sebahagian yang lain berkata: Biarkan
ia berbuat sesukanya dibahagiannya, sebahagian yang lain pula berkata:
Jangan kamu biarkan dia melubangi bahagian bawah dari kapal ini, nescaya
ninasa dan membinasakan kita semua, maka bila mereka dapat menahannya
bererti selamat dan selamat semuanya tetapi bila mereka tidak
mencegahnya maka binasa dan binasa semuanya.”
Abu-Dardaa r.a. berkata: “Kamu harus melakukan amar maruf nahi mungkar, kalau tidak Allah s.w.t.
akan mengguasakan diatas kamu seorang yang zalim, yang tidak menghargai
orang tua dan tidak kasih kepada anak-anak, kemudian pada saat itu
orang-orang yang baik diantara kamu berdoa, maka tidak diterima doa
mereka, minta pertolongan juga tidak ditolong minta ampun tidak
diampun.”
Huszaifah ra.a berkata: “Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud) Demi Allah yang jiwaku ada ditangaNya, kamu harus melakukan amar maruf dan nahi mungkar atau jika tidak melakukan itu bererti sudah hampir Allah akan menurunkan siksa kepadamu, kemudian kamu berdoa maka tidak diterima oleh.“
Ali r.a. berkata: “Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud) Jika
ummatku telah takut berkata kepada orang yang zalim itu: “Engkau
zalim!”, maka ucapkan selamat tinggal pada ummat itu (mereka akan binasa
dan hina).”
Abul Said Alkhudi r.a. berkata: “Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud) Jika
kamu melihat perbuatan mungkar maka kamu harus roboh (tentang) dengan
kekuatan kekuasaan (tangan), jika tidak dapat maka dengan nasihat
lidahnya, jika tidak dapat maka dibenci dengan hatinya dan ini
menunjukkan selemah-lemah iman. Menggunakan kekuatan kekerasan itu bagi
orang yang berkuasa dan dengan lisan bagi para ulama (cerdik pandai) dan
denganb hati bagi umum. Masing-masing orang menggunakan menurut
kedudukannya, kekuatannya dan kekuasaannya.”
Abul-Laits berkata:
“Seharusnya bagi orang yang maruf (menganjurkan kebaikan) dan nahi
mungkar (mencegah kejahatan) itu harus niat ikhlas kerana Allah s.w.t. dan menegakkan agama Allah s.w.t. bukan semata-mata membela kepentingan diri sendiri, sebab bila ia benar-benar ikhlas kerana Allah s.w.t. dan agama Allah s.w.t., maka pasti mendapat bantuan pertolongan Allah s.w.t. sebagaimana ayat yang berbunyi: “In tanshurullaha yan shurkum.” (Yang bermaksud: “Jika kamu benar-benar menegakkan khalimatullah, maka Allah akan menolong kamu.) Juga pasti ia terpimpin dengan taufiq dari Allah s.w.t. Ada
riwayat dari Ikrimah berkata: “Ada seorang berjalan tiba-tiba ia
melihat sebuah pohon disembah orang maka ia marah dan langsung ia pulang
mengambil kapaknya lalu naik himar menuju ketempat pohon itu untuk
memotongnya, maka dihadang iblis laknatullah ditengah jalan tetapi
merupai orang, maka ditanya: “Engkau akan kemana?” Jawab orang itu:
“Saya melihat pohon yang disembah orang, maka saya berjanji kepada Allah s.w.t.
akan memotong pokok itu, kerana itu saya pulang mengambil kapak dan
naik himarku ini untuk pergi kepohon itu.” Iblis laknatullah berkata:
“Apa urusanmu dengan sembahan orang, biar orang lain, mereka telah jauh
dari rahmat Allah.”
Disebabkan rintangan iblis laknatullah itu maka ahkirnya mereka
berkelahi tetapi ternyata Iblis laknatullah itu kalah, sampai berulang
tiga kali tetap iblis laknatullah kalah lalu Iblis laknatullah itu
berkata: “Lebih baik kau kembali dan saya berjanji kepadamu tiap hari
aku akan berikan kepadamu empat dirham diujung tempat tidurmu.” Orang
itu bertanya: “Apakah betul kau akan begitu?” Jawab iblis laknatullah:
“Ya, aku jamin tiap hari.” Maka kembalilah orang itu kerumahnya, maka
benarlah pada esok hari ia mendapat wang itu selama dua hari dan pada
hari ketiga ternyata tidak ada apa-apa, kemudian esok harinya lagi tiada
juga. Maka kerana ia tidak mendapat wang itu, maka ia segera mengambil
kapak dan naik himar untuk pergi kepohon itu, maka ditengah jalan
dihadang oleh iblis laknatullah yang merupai manusia dan ditanya:
“Kemana kau mahu pergi?” Jawabnya: “Kepohon yang disembah orang itu
untuk memotongnya.” Iblis laknatullah berkata: “Engkau tidak dapat
berbuat demikian, adapun yang pertama kali itu kerana kau keluar dengan
marahmu itu benar-benar kerana Allah
sehingga umpama semua penduduk langit dan bumi akan menghalangi kamu
tidak akan dapat, adapun sekarang maka kau keluar kerana tidak mendapat
wang maka bila kau berani maju setapak aku akan patahkan lehermu.”, maka
ia kembali kerumahnya dan membiarkan pohon itu.
Abul-Laits berkata: “Seorang
yang akan menjalankan amar maruf dan nahi mungkar harus melengkapi lima
syarat iaitu:
-
Berilmu, sebab orang yang bodoh tidak mengerti maruf dan mungkar
-
Ikhlas kerana Allah s.w.t. dan kerana agama Allah s.w.t.
-
Kasih sayang kepada yang dinasihati, dengan lunak dan ramah tamah dan jangan menggunakan kekerasan sebab Allah s.w.t. telah berpesan keppada Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. supaya berlaku lunak kepada Fir’aun
-
Sabar dan tenang, sebab Allah s.w.t. berfirman yang berbunyi: “Wa’mur bil ma’rufi wanha anilmunkar wash bir ala maa ashabaka.” Yang bermaksud: “Anjurkan kebaikan dan cegahlah yang mungkar dan sabarlah terhadap segala penderitaanmu.”
-
Harus mengerjakan apa-apa yang dianjurkan supaya tidak dicemuh orang atas perbuatannya sendiri sehingga tidak termasuk pada ayat yang berbunyi: “Ata’murunannasa bil-birri watansauna anfusakum.” Yang bermaksud: “Apakah kamu menganjurkan kebaikan kepada orang lain tetapi melupakan dirimu sendiri.”
Anas r.a. berkata: “Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud): “Ketika
malam isra’ saya melihat orang-orang yang digunting bibirnya dengan
gunting dan ketika aku bertanya pada Jibril: Siapakah mereka itu, ya
Jibril? Jawabnya: Mereka pemimpin-pemimpin dari ummatmu yang
menganjurkan orang lain berbuat baik tetapi lupa pada diri sendiri,
padahal mereka membaca kitab Allah s.w.t. tetapi mereka tidak memperhatikan dan mengamalkannya.“
Qatadah berkata: “Didalam kitab Taurat ada tertulis: Hai anak Adam, engkau mengingatkan lain orang dengan ajaranKu sedang engkau melupakan Aku, dan mengajak orang kembali kepadaKu sedang engkau lari daripadaKu, maka sia-sia perbuatanmu itu.“
Abu Mu’awiyah Alfazari meriwayatkan dengan sanadnya bahawa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud): “Kamu kini dalam hal yang sangat jelas dari jalan Tuhanmu
sehingga nampak jelas bagimu dua macam mabuk iaitu mabuk penghidupan
dan mabuk kebodohan dan kamu kini masih menjalankan amar maruf dan nahi
mungkar, dan kamu berjuang bukan dalam jalan Allah s.w.t.
dan orang-orang yang dapat menegakkan ajaran kitab dengan sembunyi atau
terang-terangan sama pahalanya dengan orang-orang dahulu dari sahabat
Muhajirin dan Anshar.“
Alhasan berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud): “Siapa
yang lari dari daerah kelain daerah untuk mempertahankan agamanya,
walau baru melangkah satu jengkal, maka telah pasti (berhak) masuk
syurga dan menjadi kawan Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad s.a.w.“
(Sebab) Nabi Ibrahim a.s.
telah berhijrah dari Hiraan ke Syam iaitu yang tersebut didalam ayat
yang berbunyi: “Wa qaala inni muhajirun ila robbi innahu huwal aziizul hakiem. Yang bermaksud: “Dan berkata Ibrahim, sungguh aku akan berhijrah kepada Tuhanku, sungguh Dialah yang mulia, jaya dan bijaksana.”
Dan Ayat yang berbunyi: “Inna dzahibun ila robbi sayahdini.” Yang bermaksud: “Sungguh aku akan pergi kepada Tuhanku, Dialah yang memberi hadayat dan memimpin aku.”
Dan Nabi Muhammad s.a.w.
telah berhijrah dari Mekkah ke Madinah, maka siapa didaerah yang penuh
maksiat lalu ia keluar daripadanya kerana mengharapkan keridhaan Allah s.w.t., maka telah mengikuti jejak Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Muhammad s.a.w., maka insyaallah akan menjadi kawan keduanya disyurga.
Firman Allah s.w.t. yang berbunyi: “Waman
yakhruj min baitihi muhajiran illalahi warasulihi tsumma yudrikhul
mautu faqad waqa’a ajrunu alallah wakaanallahu ghafura rahima.” Yang bermaksud: “Dan
siapa yang keluar dari rumahnya berhijrah kepada Allah dan Rasulullah
kerana taat kepada Allah dan Rasulullah kemuadian mati, maka pahalanya
telah dijamin oleh Allah, dan Allah itu maha pengampun lagi penyayang.“
Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud): “Tiap-tiap muslim yang keluar dari rumahnya berhijrah menuju taat dan keridhoaan Allah s.w.t. dan Rasul-Nya, lalu meletakkan kakinya diatas kenderaannya walau baru berjalan selangkah kemudian mati, maka Allah s.w.t.
akan memberi pahala orang-orang yang berhijrah. Dan tiap-tiap orang
muslim keluar dari rumahnya untuk berperang jihad fisabilillah, mendadak
terinjak oleh kenderaannya atau tergigit oleh binatang berbisa sebelum
perang atau mati bagaimanapun keadaannya, maka ia mati syahid. Dan tiap
orang muslim yang keluar dari rumahnya menuju ke Baitillahil Haram
(berbuat haji) kemudian mati sebelum sampai, maka Allah s.w.t. akan mewajibkan baginya syurga.”
Abul-Laits berkata: “Dan siapa tidak hijrah dari daerahnya sedang ia sanggup menunaikan ibadat kepada Allah s.w.t., maka tidak apa-apa asalkan ia membenci pada maksiat yang terjadi disekitarnya, maka ia dimaafkan.” Abdullah
bin Mas’ud r.a. berkata: “Cukup bagi seorang yang melihat mungkar dan
ia tidak dapat merubahnya, asalkan Allah s.w.t. mengetahui dalam hatinya
bahawa ia tidak suka pada mungkar itu.”
Sebahagian sahabat r.a.
berkata: “Jika seorang melihat mungkar dan tidak dapat mencegahnya, maka
hendaklah dia membaca: Allahuma inna hadzaa munkaran fala tu’aa khidzni bihi. Yang bermaksud: Ya Allah, maka jangan menuntut aku dengan adanya mengkar. (Sebanyak 3 kali) Maka jika membaca yang demikian ia mendapat pahala seperti orang amar maruf dan nahi mungkar.
Umar bin Jabir Allakhmi dari
Abu Umayyah berkata: “Saya tanya pada Abu Tsa’labah Alkhusyani r.a.
tentang ayat yang berbunyi: “Ya ayyuhai ladzina aamanu anfusakum laa yadhurrukum man dholla idzah tadaitum.” Yang bermaksud: “Hai
orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tidak apa-apa bagimu
kesesatan orang yang sesat bila kamu telah mendapat hidayat dan berlaku
baik.” Jawab Abu Tsa’labah: “Engkau telah tanya pada orang-orang yang benar mengetahui, saya telah tanya kepada Rasulullah s.a.w. maka Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud): “Hai
Abu Tsa’labah, laksanakan amar maruf dan nahi mungkar, maka apabila
engkau telah melihat dunia sudah diutamakan dari lain-lainnya, dan orang
yang kikir telah diikuti orang, dan tiap orang sombong dan berbangga
dengan pendapatnya sendiri, maka jagalah dirimu, sebab dibelakangmu
adalah saat kesabaran dan ketahanan dan bagi orang yang kuat
mempertahankan sebagaimana yang kamu lakukan sekarang ini akan mendapat
pahala sama dengan lima puluh orang.” Sahabat bertanya: “Sama dengan lima puluh orang dari kami atau dari mereka?” Jawab Rasullullah s.a.w.: “Sama dengan lima puluh orang dari kamu.”
Qais bin Abi Hazim berkata: “Saya telah mendengar Abu Bakar Assiddiq r.a. berkata: “Kamu membaca ayat ini (yang berbunyi): “Ya ayyuhallazlina amanu alaikum anfusakum ia yadhurrukum man dholla idzah tadaitum, ilallahi marji’ukum kami’an.” Yang bermaksud: “Hai
orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tidak bahaya bagimu kesesatan
orang-orang yang sesat jika kamu sendiri mengikuti petunjuk, kepada
Allah kamu semua akan kembali.” Dan saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud): “Tiada
satu kaum yang memaharajalela ditengah-tengah mereka perbuatan maksiat
kemudian tiada yang berusaha merubahnya dan mencegahnya melainkan telah
hampir tiba pada mereka siksa umum merata dari Allah s.w.t.” dan kamu letakkan tidak pada tempatnya.
Ibn Mas’ud r.a. ketika
ditanya mengenai ayat ini, ia menjawab: “Bukan masanya tetapi itu
berlaku bila hawa nafsu telah mengusai dan merata dan orang-orang suka
berdebat, maka tiap orang harus menjaga keselamatan dirinya, maka pada
saat itulah tiba masanya.(Tafsirannya)
1 komentar:
ijin copy,jazakallahu khairan katsira
Posting Komentar